Surah al-Baqarah [2]: 158

وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
“Dan siapa saja yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan kalbu, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui,” (QS al-Baqarah [2]: 158)

مَا يَفْعَلُ اللّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ وَكَانَ اللّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui,” (QS al-Nisâ’ [4]: 147).

Firman Allah di atas mengisyaratkan bahwa Allah mempunyai sifat yang mulia, yaitu Dia pandai berterima kasih atau bersyukur, meskipun Dzat dan karunia-Nya wajib disyukuri. Menurut pendapatku yang lemah ini adalah pemikiran seperti yang kami sebutkan di atas tadi. Maksudnya, Allah menyuruh manusia bersyukur kepada-Nya. Selanjutnya, Allah pun bersyukur kepada manusia atas amal-amal baiknya dan sifat itu adalah sifat utama yang dimiliki Allah Ta’ala. Sifat mulia seperti itu tidak hanya terbatas kepada sifat pandai bersyukur saja, tetapi banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi Saw. yang mengutarakan bahwa Allah mengimbangi perbuatan hamba-hamba-Nya yang baik, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut, “Maka siapa saja yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS al-Mâidah [5]: 39).

Demikian pula Nabi Saw. bersabda seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits qudsi berikut ini, “Jika seorang hamba mendekatkan dirinya kepada-Ku sekecil apapun, maka Aku lebih banyak mendekatkan diri-Ku kepadanya. Jika hamba-Ku mendapatkan dirinya kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekatkan diri-Ku kepadanya sejengkal. Jika hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku mendekatkan diri-Ku kepadanya dengan berlari.” [1]

Maksudnya, jika seorang hamba mendekatkan dirinya sekecil apapun, maka Allah akan mengimbangi pendekatan hamba-Nya dengan menambah karunia-Nya baginya. Seperti yang diucapkan oleh Imam Badiuz Zaman al-Nursi bahwa perumpamaan di atas sama dengan seseorang yang menyerahkan sejumlah uang kepada seorang penjual buah-buahan, maka ia akan menerima sejumlah buahbuahan sebesar uang yang diberinya. Tetapi, apa yang harus kita lakukan terhadap Allah sebagai Sang Pemilik dan Sang Pencipta diri kita dan karunia-Nya, maka kita harus mensyukuri seluruh karunia-Nya yang diberikan kepada kita sebagai perimbangan bagi segala karunia-Nya seperti yang dikehendaki oleh Allah.

Demikian pula, jika kita perhatikan dari segi siksa Allah, maka Allah akan berlaku sama seperti yang pernah dilakukan hamba-Nya, seperti yang disebutkan dalam firman Allah Swt.berikut, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka” (QS al-Nisâ’ [4]: 142).

Juga pada firman Allah Swt., ”Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas segala tipu daya,” (QS Âli ‘Imrân [3]: 54).

Untuk memahami kedua ayat di atas, maka kita harus melihat firman Allah Swt. berikut ini, ”Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa kepada selain dari orang yang merencanakannya sendiri,” (QS Fâthir [35]: 43).

Maksudnya, kita tidak boleh menuduh Allah berbuat jahat sedikit pun, karena Allah Mahasuci dari segala perbuatan yang hina. Dengan kata lain, Allah Swt. tidak akan membalas perbuatan baik hamba-Nya, kecuali dengan kebaikan pula dan tidak akan membalas keburukan hamba-Nya, kecuali dengan menimpakan keburukan itu bagi pelakunya sendiri.

Adapun orang-orang yang bersyukur atau mensyukuri segala pemberian Allah, maka orang-orang itu adalah orang-orang yang mengerti bahwa Allah suka memberi karunia-Nya kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Karena itu, seorang tidak boleh pelit terhadap orang lain, agar ia mendapat karunia Allah yang lebih banyak dan lebih mendekatkan dirinya kepada Allah. Demikian pula, tentang masalah kebaikan, maka Allah akan membalas kebaikan seorang dengan kebaikan yang serupa bahkan adakalanya dilipat gandakan jumlahnya. Karena seorang yang berbuat baik, maka ia akan diberi karunia oleh Allah lebih banyak, seperti yang disebutkan dalam sebuah hadis berikut, “Tidaklah seorang hamba mukmin yang mendekatkan dirinya dengan berbagai amalan yang disunahkan, sampai Allah cinta kepadanya. Jika Allah telah mencintainya, maka Allah akan membantu pendengarannya untuk mendengar, penglihatannya untuk melihat, tangannya untuk memegang sesuatu dan kakinya untuk berjalan.”[2]

Siapa saja yang mendekatkan dirinya dengan berbagai amal sunah setelah berbagai amal wajib sampai Allah jatuh cinta kepadanya, maka Allah Swt. akan menjadi pembantu pendengarannya untuk mendengar, penglihatannya untuk melihat, tangannya untuk memegang dan kakinya untuk berjalan.

Jika Allah Swt. membantu pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki seorang hamba, maka ia tidak akan mendengar sesuatu, kecuali yang baik dan tidak akan melihat sesuatu, kecuali yang baik. Allah akan menjaga penglihatannya dan pendengarannya dari berbagai hal yang negatif dan ia akan menjadikan segala yang dilihatnya sebagai pelajaran baik bagi dirinya, sehingga kalbunya menjadi sumber berbagai macam kebijaksanaan dan pengetahuan.

[1] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada bahasan mengenai Tauhid, hadis nomor 5. Juga pada bahasan mengenai Taubat, hadis nomor 1. Diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, pada bahasan mengenai Mengingat Allah (Dzikir), hadis nomor 2, 3, 20, dan 22.
[2] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada bahasan mengenai, Mendekatkan Diri kepada Allah Subhânahu wa Ta’âla, hadis nomor 18.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.