Surah âli ‘Imrân [3]: 64

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاء بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضاً أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللّهِ
“Katakanlah,‘Wahai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah’” (QS Âli ‘Imrân [3]: 64).

Bersikap lemah lembut terhadap ahli kitab atau kaum Yahudi dan Nashrani merupakan kehendak Allah yang disebutkan dalam Al-Qur’an, tetapi perintah bersikap lemah lembut dalam menyampaikan dakwah kepada orang lain tidak dikhususkan bagi umat Islam saja, tetapi Musa dan Harunpun diperintah Allah untuk berkata lemah lembut terhadap Fir’aun ketika menyampaikan dakwahnya, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut, “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” (QS Thâhâ [20]: 44).

Olehkarena itu, Islam melarang umatnya berkata kasar atau mencaci orang lain ketika berdakwah kepada orang lain.

Adapun ayat lain yang ada di atasnya merupakan contoh yang paling baik untuk dijadikan petunjuk bagi setiap da’i ketika mengajak orang lain ke dalam Islam. Perintah bersikap lemah lembut dan berkata yang menarik ketika seorang da’i berdakwah, mengisyaratkan bahwa agama Islam adalah agama yang didasari petunjuk dari Allah. Selain itu, seorang da’i perlu mengetahui Islam, Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan baik, agar cara menyampaikan dakwahnya tidak salah. Meskipun demikian, masih ada sebagian da’i bersikap salah ketika berdakwah, sehingga orang lain menganggap Islam dengan anggapan yang salah, karena mereka bersikap kasar dan tergesa-gesa.

Firman Allah di atas menyuruh kita berkata lemah lembut dan menarik ketika mengajak kaum Yahudi dan Nashrani ke dalam Islam, seperti mengucapkan kata-kata sebagai berikut, “Maukah kalian berkunjung di tempatku untuk mendengarkan ajakan yang baik yang akan aku sampaikan pada kalian.” Atau dengan ucapan, “Sesungguhnya ajaran yang akan aku sampaikan ini tidaklah berbeda dengan ajaran yang pernah disampaikan oleh nabi-nabi yang terdahulu. Kalian semuanya telah mengetahui masalah ini dari kitab-kitab dan nabi-nabi kalian yang terdahulu, hanya saja mungkin kalian telah lupa atau kurang mengerti.” Islam menyuruh kita mengajak orang lain ke dalam Islam dengan cara lemah lembut dan juga kita dibantah oleh mereka hingga kita harus menjawab tantangan mereka dengan sikap yang paling baik. Sikap semacam itu dalam bahasa modern dinamakan sikap berdialog antar agama.

Dengan demikian, dakwah Islam yang disampaikan kepada kaum Yahudi dan Nashrani harus disampaikan dengan tutur sikap lemah lembut dan tutur kata yang manis, yaitu mengajak mereka duduk bersama untuk berdialog dalam masalah ketauhidan dan keimanan. Karena itulah yang diperintahkan oleh Allah dalam ayat di atas. Dengan kata lain,Al-Qur’an menyuruh kita mengajak orang lain ke dalam Islam dengan sikap dan tutur kata yang lemah lembut, yaitu ajakan yang sangat menarik bagi mereka yang masih belum masuk Islam. Sebagai kesimpulannya, kita diperintah oleh Allah untuk mengajak orang lain ke dalam Islam dengan cara yang baik dan tutur kata yang lembut, agar kalbu mereka tertarik kepada agama Islam.

Jika kita perhatikan dengan baik tentang ayat di atas, maka dapat kita mengerti bahwa Al-Qur’an mempunyai cara tersendiri untuk mengajak orang lain yang belum masuk Islam ke dalam agama Islam, yaitu lebih dulu mengajak mereka berdialog tentang ketuhanan yang Mahaahad, agar mereka dapat menyatukan persepsi mereka dengan keyakinan kita. Al-Qur’an mengetahui bahwa kaum Yahudi dan Nashrani sudah banyak yang mengenal Allah lewat kitab-kitab suci Allah yang pernah diturunkan kepada para nabi sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw.. Tetapi, dengan perkembangan masa yang sedemikian lamanya, maka kalbu mereka makin lama makin mengeras. Adapun cara yang terbaik untuk melunakkan kalbu seorang adalah membersihkan kotoran kalbunya lebih dulu, kemudian setelah itu barulah Al-Qur’an menyuruh kita mengajak mereka menyembah Allah Yang Maha Esa. Pokoknya, Islam berusaha membersihkan kalbu dan pikiran ahli kitab lebih dulu, agar pandangan mereka yang salah selama ini dapat diluruskan kembali, kemudian barulah mereka dapat diajak masuk Islam.

Karena mereka telah mengenal Allah dari kitab-kitab dan rasul-rasul mereka yang diutus sebelum Nabi Muhammad Saw., tetapi dengan berkembangnya masa yang terlalu lama, maka sebagian dari mereka ada yang menyekutukan Allah dengan menyembah berhala-berhala seperti yang dilakukan oleh kaum musyrikin Arab Quraisy. Sebagian orang dari mereka ada yang terjebak dalam penyembahan patung-patung dan mereka tersesat dengan keyakinan trinitasnya yang mengakui meskipun Tuhan itu Mahaahad, tetapi terdiri dari tiga unsur, kemudian para pendeta mereka menambahi ajaran trinitas bahwa Tuhan mereka mau menerima taubat umatnya dan mereka mengarang sejumlah peraturan agama yang secara lahiriyahnya merupakan keyakinan syirik dalam ibadah mereka. Al-Qur’an menyebutkan bahwa kaum Yahudi dan Nashrani menjadikan para pendeta mereka sebagai Tuhan-Tuhan mereka selain Allah. Semuanya dihubungkan dengan kepentingan kehidupan mereka sehari-hari dan para pengikutnya merasa juga bahwa mereka tidak berhak menetapkan aturan apapun dalam agama mereka. Karena itu, Al-Qur’an berusaha membersihkan kalbu dan pemikiran mereka dari syirik lebih dulu, kemudian mereka diajak menyembah Tuhan Yang Mahaahad, yaitu Allah yang satu. Selain itu, mereka diwajibkan melakukan rukun-rukun Islam seperti melakukan shalat, berpuasa, melakukan ibadah haji dan melakukan zakat, semuanya harus mereka lakukan hanya semata karena Allah bukan karena yang lain. Jika mereka ingin mengorbankan binatang sembelihan, maka mereka disuruh melakukannya hanya karena Allah semata, meskipun kaum Yahudi dan Nashrani berkata, “Sesungguhnya amal-amal kebajikan yang kami lakukan itu hanya karena Allah semata.” Dari sini kita mengerti bahwa perbuatan mereka tidak mau menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Mereka juga mengakui bahwa yang mengatur dan yang menciptakan alam semesta, kehidupan, kematian, pemberian rezeki dan yang mengatur segala isi dunia hanyalah Allah. Mereka mengakui bahwa Allah tidak pernah melahirkan dan tidak pernah dilahirkan dan Dia tidak pernah butuh kepada siapapun. Adapun Dzat Allah Mahaahad dan yang selain Dia adalah hasil dari ciptaan-Nya.

Untuk membersihkan keyakinan mereka yang salah, maka Islam mengajak mereka beriman dan bertauhid lebih dulu, agar mereka menujukan amal ibadah mereka hanya untuk Allah semata, bukan untuk yang lain. Ustadz An-Nursi mengatakan bahwa Islam mengajak umat manusia untuk bertauhid dan beriman lebih dulu. Segala sesuatu yang ada dalam kehidupan di dunia ini harus didasari keimanan dan ketauhidan. Setelah Islam berhasil mengajak mereka kepada iman dan ketauhidan, maka setelah itu barulah Islam mengajarkan syariat-syariatnya.

Perlu diketahui bahwa ketauhidan merupakan unsur yang paling utama dalam keimanan dalam Islam. Jika seorang da’i tidak memahami dakwah Islam dan dakwah ketauhidan dengan baik, pasti mereka akan menyebabkan orang-orang lain makin jauh dari Islam, bahkan menyebabkan orang-orang lain mempunyai pandangan yang salah terhadap Islam. Sebenarnya Islam mempunyai daya tarik yang kuat untuk menarik orang lain dalam Islam. Selain itu, mereka harus berusaha membersihkan persepsi mereka yang salah terhadap Islam. Para da’i tidak boleh terburu-buru mengajak orang ke dalam Islam. Mereka hanya disuruh menyampaikan dakwah Islam saja dengan cara lemah lembut dan tutur kata yang baik. Selain itu, ada juga umat Islam yang berkeyakinan bahwa jika mereka telah berbuat dosa apapun, pasti mereka akan dimasukkan ke dalam surga. Pengertian yang sedemikian itu, dapat timbul karena para da’i tidak memahami ayat di atas dengan baik. Padahal ayat di atas hanya menyuruh kita untuk menciptakan suatu jembatan pengertian yang dapat mendekatkan kita pada kaum Yahudi dan Nashrani. Tetapi setelah mereka memasuki pintu tersebut, maka ayat di atas tidak menerangkan kelanjutannya. Demikian pula ayat-ayat yang lain juga tidak menerangkan tentang kesudahannya. Karena itu, tidak seorang da’ipun boleh berkata , ‚Berdasarkan ayat di atas, maka kaum Yahudi dan Nashrani jika beriman kepada Allah dan beriman kepada Nabi Saw., tetapi mereka tidak mau menjalani jejak Nabi Saw., pasti mereka akan berakhir demikian dan demikian.‛ Karena ayatayat seperti itu hanyalah menyuruh mereka mengikuti jejak Nabi Saw. setelah mereka mengenal jejak beliau Saw., maka mereka tidak membutuhkan keterangan apapun dari para da’i, karena mereka telah beriman dengan sempurna. Tetapi, seorang da’i yang tidak memahami agama Islam dan kitab Al-Qur’an dengan baik, maka hendaknya ia memperhatikan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah secara keseluruhan maupun pemahaman secara detail dan menempatkan segala sesuatu secara benar di tempatnya masing-masing. Sebagaimana sel-sel janin seorang yang masih berada di dalam rahim ibunya tidak pernah pindah ke lain tempat, misalnya sel mata pindah ke sel hidung, maka sudah seharusnya seorang da’i menempatkan dakwahnya di tempat yang benar ketika mereka mendirikan suatu bentuk kehidupan Islamiyah. Inilah yang berkaitan dengan pemahaman Al-Qur’an dan As- Sunnah. Jika tidak demikian, pasti akan menimbulkan salah pengertian yang saling bertentangan. Perumpamaannya adalah bagai sel-sel janin di tempatkan pada tempat yang tidak benar. Karena itu, ketika sang ibu akan melahirkan bayinya, maka ia akan mendapat kesulitan.

Sebagai kesimpulannya dapat kami katakan bahwa seorang da’i harus mengajak orang lain ke dalam Islam dengan ajakan yang dapat menyentuh akal dan perasaan mereka, sehingga kalbu mereka mau menerima Islam sebagai agama mereka, karena Islam ini ditujukan untuk semua golongan yang saling berbeda pemikirannya, wataknya dan tabiatnya masing-masing. Pokoknya, Islam harus disampaikan dengan cara lemah lembut dan bijaksana, agar orang lain dapat mengerti bahwa Islam adalah agama yang penuh kedamaian dan kasih sayang, agar para pengikutnya yang baru dapat terlepas dari kekangan hawa nafsu mereka agar sampai kepada keikhlasan yang murni dalam beragama.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.