Surah al-Ahzâb [33]: 4

مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِّن قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ وَمَا جَعَلَ أَزْوَاجَكُمُ اللَّائِي تُظَاهِرُونَ مِنْهُنَّ أُمَّهَاتِكُمْ وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَاءكُمْ أَبْنَاءكُمْ ذَلِكُمْ قَوْلُكُم بِأَفْوَاهِكُمْ وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah kalbu dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).” (QS Al-Ahzab, 4)

Disebutkan dalam kitab-kitab Sirah Nabawiyah bahwa Zaid Ibnu Haritsah adalah anak angkat Rasulullah Saw., meskipun ia sendiri mempunyai seorang ayah yang bernama Haritsah, tetapi karena ia hidup sejak masa kecilnya di bawah asuhan Nabi Saw., maka beliau mengaku Rasulullah Saw. sebagai ayahnya sendiri, sehingga ia disebut ‚Zaid putra Muhammad‛, tetapi masalah ini dicegah oleh Al-Qur’an dengan firman Allah di atas, bahkan Al-Qur’an mengancam seorang yang mengakui orang lain sebagai ayah dan ibunya sendiri. Hendaknya setiap orang mukmin menyebutkan ayahnya atau ibunya sendiri. Sehingga setelah Allah menurunkan firman Allah di atas, maka julukan Zaid sebagai putra Muhammad diganti dengan Zaid Ibnu Haritsah, seperti seorang budak yang telah dimiliki oleh seorang muslim, maka ia disebut “budak si fulan” seperti Salim Maula Hudaifah.

Adapun perkara lain yang diisyaratkan oleh ayat di atas adalah bangsa Arab jahiliyah berkeyakinan bahwa seorang yang cerdas mempunyai dua kalbu dalam dirinya dan mereka yakin pula bahwa para suami yang menganggap istriistri mereka sebagai ibu-ibu mereka. Karena itu, firman Allah di atas menolak perilaku orang-orang jahiliyah tersebut.

Kini marilah kita membahas tentang keyakinan jahiliyah bahwa seorang yang pandai mempunyai dua kalbu dalam rongganya. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud kalbu di dalam ayat tersebut bukanlah kalbu yang berupa sepotong daging yang dikenal oleh semua orang, tetapi merupakan kalbu yang dikenal oleh para ahli tasawuf dengan sifat-sifat tertentu. Itulah yang dapat dipahami dari firman Allah di atas. Perlu diketahui bahwa tidak seorang pun di dalam rongga tubuhnya memiliki dua kalbu yang saling berbeda, misalnya kalbu yang satu mau menerima iman, sedang kalbu yang lain tidak mau menerima iman atau salah satu kalbunya ingin berlaku ikhlas, tetapi kalbu yang lain ingin berlaku riya’. Atau dengan pengertian lain, kalbu yang satu mau menerima kebenaran, sedang kalbu yang lainnya mau menerima kebatilan, sebenarnya bukan demikian maksudnya. Selain itu, firman Allah di atas menolak perbuatan sebagian orang laki yang menganggap istri-istri mereka bagai ibu-ibu mereka sendiri. Maksudnya, mereka tidak ingin mengumpuli istri-istri mereka yang sudah tidak disenangi oleh suami mereka. Demikian pula firman Allah tersebut tidak mengizinkan seorang anak menjadikan orang lain sebagai ayah atau ibunya dan melalaikan ayah dan ibunya sendiri, karena firman Allah di atas ingin meluruskan berbagai anggapan yang salah yang diterima oleh umat Islam dari kaum jahiliyah.

Jika kita perhatikan masalah tersebut dari segi yang lain, dapat kita simpulkan bahwa manusia pada suatu masa dan pada suatu keadaan yang saling berbeda akan menimbulkan pribadi yang campur, tetapi Islam tidak mengizinkan adanya kesimpangsiuran itu dan Islam ingin selalu meluruskan pemikiranpemikiran yang keliru, karena akibat pemikiran yang salah itu akan menjadikan seorang berada di dasar api neraka yang paling bawah. Jika seorang dapat mengakui bahwa dirinya akrab dengan Allah, meskipun ia suka melakukan perbuatan dosa, maka Al-Qur’an menolak pengakuan seperti itu, karena pengakuan seperti itu dapat mengelabuhi orang lain, misalnya kalbu seorang yang satu beriman kepada Allah, tetapi kalbunya yang lain mengingakri Allah. Tentunya pengakuan seperti itu dengan tegas ditolah oleh Allah dengan firman-Nya di atas, karena Allah telah berfirman bahwa agama yang diterima oleh Allah hanyalah agama Islam, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS Al-Imraan, 19)

Firman Allah di atas menegaskan dengan jelas bahwa kalbu seorang hanyalah satu dan kalbu yang satu hanya dapat mengikuti satu jalan saja, sehingga kalbu itu tidak dapat menghidupi dua jalan yang saling bertentangan, misalnya kalbu yang satu beriman, sedang kalbu yang lain ingkar. Menurut Al-Qur’an, itu hanyalah ucapan manusia yang bodoh saja, karena kalbunya mempunyai dua pemahaman yang saling bertentangan.

Sebagai kesimpulannya, tidak seorangpun yang mempunyai dua kalbu dalam rongga tubuhnya. Adapun kalbu yang satu adalah kalbu yang mengakui bahwa Allah itu Maha Esa dan Al-Qur’an juga menolak pengakuan sebagian orang lelaki yang menjadikan istri-istri mereka sebagai ibu-ibu mereka setelah mereka tidak mengumpuli istri-istri mereka. Demikian pula Al-Qur’an menolak seorang mengakui orang lain sebagai ayah atau ibu kandungnya sendiri, karena masalah ini dapat membingungkan keadaan yang sebenarnya. Karena itu, Allah perlu meluruskan segala kepincangan yang ada di sebagian masyarakat, terutama yang ada di sebagian masyarakat Islam.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.