Ada Orang yang Kaya dan Miskin, Mengapa Hal Itu Bisa Terjadi?

Ada Orang yang Kaya dan Miskin, Mengapa Hal Itu Bisa Terjadi?

Pertanyaan. Di alam semesta ini kita menyaksikan ada sebagian orang yang diberi kekayaan yang berlimpah-ruah, seperti; memiliki mobil-mobil mewah, gedung-gedung megah, kedudukan yang tinggi, dan nama yang sangat terkenal. Sedangkan di tempat yang berbeda ada sebagaian orang yang menderita kelaparan, kemiskinan, penyakit, dan berbagai cobaan. Apakah menurut Anda di antara mereka itu termasuk orang-orang yang dicintai Allah Swt., sehingga diberi berbagai kesenangan hidup, sedangkan sebagian yang lain termasuk orang-orang yang diberi nasib yang tidak baik akibat mereka dibenci oleh-Nya?

Jawaban. Pertanyaan seperti itu sebenarnya tidak akan muncul ke permukaan bagi mereka yang tengah mendapati anugerah berupa kenikmatan hidup dan kekayaan. Walaupun, bagi mereka semua itu disediakan oleh Allah Swt. untuk memberi pendidikan kepada manusia. Sebaliknya, bagi orang-orang yang tengah mengalami suatu penderitaan, maka tidak terlalu bermasalah jika mereka mengajukan pertanyaan seperti itu.

Memang, adakalanya Allah Swt. memberi sebagian orang berbagai macam jenis kekayaan. Akan tetapi, ada pula yang diberi kemiskinan dan berbagai penderitaan. Sebagai seorang Mu’min, maka kita tidak boleh menjauhi sebab-sebab yang mendatangkan berbagai kebaikan dan kebahagiaan. Dengan kata lain, segala bentuk kebahagiaan dan kekayaan yang diberikan kepada sebagian orang, sedangkan sebagian yang lain diberi kemiskinan serta cobaan, maka semua itu telah ditakdirkan oleh Allah Swt.. Dan, mengenai masalah ini ada sebuah sabda Nabi Saw. yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah membagi akhlak di antara kalian, sebagiamana membagi rezeki bagi kalian. Sesungguhnya Allah memberikan dunia bagi orang-orang yang dicintai oleh-Nya, maupun bagi yang tidak dicintai oleh-Nya. Akan tetapi, Allah tidak memberikan agama kecuali bagi orang-orang yang dicintai -Nya. Dan siapa saja yang diberi agama oleh Allah, maka ia termasuk orang yang dicintai oleh- Nya.”[1]

Dari sisi yang lain kita tidak boleh memandang kekayaan sebagai kebaikan semata. Sebab, adakalanya Allah Swt. memberi harta dan anak kepada sebagian orang sebagai ujian bagi mereka. Dan adakalanya pula tidak memberikannya kepada yang lain, juga sebagai ujian bagi mereka. Alhasil, bagi kedua kelompok tersebut tetap tersedia kebaikan jika mereka memahaminya. Karena, jika engkau orang yang baik dan selalu menyalurkan pemberian Allah Swt. untuk segala macam tujuan kebaikan, maka karunia Allah itu menyebabkan kebaikan lanjutan bagi dirimu. Jika engkau tidak menyalurkannya ke jalan yang baik, maka kekayaan yang diberikannya kepadamu akan berdampak tidak baik pula kepadamu di kemudian hari.

Ketahuilah, jika engkau tidak mengikuti jalan petunjuk, adakalanya kemiskinan akan menyebabkan engkau menjadi orang kafir dan suka berbuat maksiat. Dengan kata lain, jika engkau tidak mengikuti jalan yang lurus dan tidak mengikuti jalan petunjuk, maka kekayaanmu akan menjadi cobaan yang buruk bagimu. Seperti telah disebutkan di dalam firman Allah Swt. berikut ini, “Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anak kalian itu hanyalah sebagai cobaan. Dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar,” (QS Al-Anfâl [8]: 28).

Berapa banyak orang yang diberi anugerah berupa kekayaan yang berlimpah-ruah, akan tetapi qalbu mereka tidak mempunyai sinar petunjuk (hidayah) sedikit pun. Sehingga mereka menjadi orang-orang kafir yang mengingkari segala bentuk karunia Allah Swt.. Tentunya segala kekayaan yang diberikan kepada mereka merupakan cobaan bagi mereka, justru untuk menambah kesesatan mereka. Sebab, qalbu mereka tertutup, sehingga mereka tidak dapat mensyukuri karunia Allah Swt..

Mungkin ada orang-orang yang hidupnya serba kekurangan, akan tetapi do’a mereka selalu mengalir dan dikabulkan oleh Allah Swt.. Seperti telah disebutkan di dalam sebuah hadis berikut ini, “Berapa banyak orang yang hidupnya serba kekurangan, akan tetapi jika ia berdo’a, maka do’anya akan dikabulkan oleh Allah. Di antara mereka itu adalah al-Barra’ bin Malik.”[2]

Al-Barra’ bin Malik adalah saudara sebapak dengan Anas bin Malik ra. Ia termasuk seorang yang tidak mampu membeli makanan dan tidak mempunyai rumah sebagai tempat tinggalnya. Ia hidup sangat sederhana. Memang banyak para sahabat yang hidupnya sangat kekurangan, akan tetapi Allah Swt. melihat qalbu mereka masing-masing. Ternyata al- Barra’ mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah Swt., sehingga Rasulullah menyatakan, bahwa setiap do’anya akan dikabulkan oleh Allah.

Oleh karena itu, kekayaan atau kemiskinan bukanlah satu-satunya cobaan, semuanya harus disesuaikan dengan situasinya. Adakalanya kemiskinan dan kekayaan merupakan salah satu karunia Allah Swt.. Bahkan Rasulullah Saw. lebih memilih kemiskinan dengan kehendaknya sendiri. Sebagaimana pada saat beliau Saw. didatangi oleh ‘Umar Ibnul Khaththab ra, dan ‘Umar mendapati keadaan beliau Saw. sedang tidur di atas tanah, sehingga ‘Umar menangis seraya berkata, ‚Ya Rasulullah, aku lihat semua penguasa dunia tidur di kasur yang empuk, sedangkan engkau tidur di atas tanah. Maka spontan beliau Saw. bersabda, “Apakah engkau tidak rela jika mereka (kaum kafir) hanya diberi kesenangan dunia, sedangkan kita akan diberi kesenangan di akhirat?”[3]

Adakalanya pula kefakiran (keimiskinan) menyebabkan seseorang menjadi kafir. Seperti, jika pertanyaan seperti di atas tidak diucapkan oleh seorang Mu’min, akan tetapi diucapkan oleh seorang kafir yang tidak mensyukuri semua karunia Ilahi yang sudah ia terima. Alhasil, siapa pun yang tidak mensyukuri karunia Allah Swt., maka ia termasuk orang yang kafir. Dengan kata lain, adakalanya kemiskinan sebagai rangkaian dari kenikmatan yang tersembunyi, dan adakalanya kekayaan sebagai kenikmatan yang justru mendatangkan malapetaka. Semua itu sangat bergantung pada sanubari orangorang yang menerimanya.

Seorang penya’ir pernah mengatakan dalam lantunan sya’ir berikut ini,

Wahai Rabbku, apa pun yang datangnya dari sisi-Mu adalah indah,
aku terkesan sekali dengan apa saja yang datangnya dari-Mu,
baik yang berupa pakaian ataupun yang berupa kain kafan,
baik yang berupa bunga mawar yang mekar maupun yang berupa sebuah duri,
tetapi sifat-Mu Yang Mahalembut adalah indah
dan siksa-Mu Yang Mahakerasa juga indah.

Bait-bait puisi (sya’ir) di atas selalu dinyanyikan oleh rakyat Turki di wilayah (bagian) Timur negeri itu.

Sebenarnya, kekayaan yang berlimah-ruah dan dimiliki oleh seseorang yang senantiasa diridhai oleh Allah Swt., maka kedudukan orang itu seperti Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailani yang menjadi kebanggan para wali Allah dan menjadi kecintaan Rasulullah Saw.. Akan tetapi, jika seseorang kaya-raya, dan ia tidak mempunyai hubungan baik dengan Allah Swt., maka ia akan menderita di dunia dan di akhirat kelak. Itulah kerugian yang amat nyata. Orang kaya yang tidak mempunyai hubungan baik dengan Allah Swt., maka ia akan berakhir dengan kerugian, meskipun kehidupannya di dunia ini terkesan sangat bahagia karena kekayaan yang ada padanya.

[1] Lihat lebih lanjut dalam al-Musnad, karya Imam Ahmad bin Hanbal, Jilid 1, hadis nomor 387.
[2] Diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi, pada bahasan mengenai al-Manâqib, hadis nomor 55.
[3] Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, pada pembahasan mengenai tafsir surah dimaksud, hadis nomor 66. Diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, pada bahasan mengenai Talak, hadis nomor 31.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.