Syarat untuk Meraih Pahala Kolektif

Pertanyaan: Ustaz Badiuzzaman membahas bahwa pahala amal dan perbuatan yang dilakukan secara gotong royong demi kesejahteraan di akhirat semuanya akan ditulis pada kitab amal kebaikan masing-masing individu tanpa dikurangi sedikit pun. Apa saja syarat untuk mendapatkan pahala dan kabar gembira ini?[1]

Jawaban: Ustaz Badiuzzaman dengan jelas telah menjelaskan pembahasan mengenai amal ukhrawi yang dikerjakan secara gotong royong ini pada banyak tempat di risalah nur. Beliau menyampaikan bahwasanya setiap orang yang terlibat dalam pengabdian iman dan Al-Qur’an secara gotong royong atau berjamaah akan meraih semua pahala yang didapat semua orang yang terlibat dalam amal jama’i tersebut (Baca di Cahaya ke-21 Kitab Al Lamaat, Prinsip Keempat, hlm. 311-312; Lampiran Kastamonu, hlm. 67). Saya tidak ingat apakah ada karya-karya tasawuf, kitab-kitab tafsir, dan karya-karya lainnya yang mengulik pembahasan ini secara jelas dan eksplisit sebelum Ustaz Badiuzzaman mulai mempopulerkannya. Meskipun terdapat beberapa tokoh hebat dari masa lalu hingga masa sekarang yang telah membuat kiasan dan isyarat tertentu terkait pembahasan ini, yang pasti pendekatan Ustaz Badiuzzaman terhadap kajian ini sangatlah jelas nan gamblang.

Pada dasarnya, pendekatan yang beliau ambil amatlah sesuai dengan latifah-latifah alam metafisika yang penuh cahaya. Hal ini karena benda-benda bercahaya memantulkan cahaya. Misalnya, apabila pada sebuah ruangan dengan empat sisi yang ditempeli cermin terdapat lentera di tengah-tengahnya, maka cahaya lentera tersebut akan terpantul ke semua sisi ruangan. Demikian juga dengan pekerjaan-pekerjaan dan perbuatan ukhrawi, pahalanya akan dibagikan kepada setiap individu yang terlibat tanpa mengurangi pahala amal jama’i yang diberikan sebagai bentuk anugerah ilahi.

Sudut Pandang yang Berdasar Kepada Al-Qur’an dan Sunah

Dapat dengan mudah kita sampaikan bahwasanya pendekatan yang diambil oleh Ustaz Badiuzzaman disarikan dari prinsip-prinsip yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunah. Ketika mengkaji Al-Qur’an dan Sunah Shahihah, pada banyak tempat Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyampaikan bahwa banyak keberhasilan dianugerahkan berkat persatuan dan kesatuan para penggiatnya. Pekerjaan dan perbuatan yang dikerjakan dalam semangat persatuan dan kesatuan dijanjikan pahala dan berkah yang lebih istimewa. Misalnya dalam ayat berikut:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَۤاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (pada masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Al-Qur’an (3): 103).   

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَۤا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Anfal (8): 63).

Ayat-ayat ini memberikan petunjuk terkait pembahasan di awal. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwasanya keberhasilan, kesuksesan, dan kemenangan yang manfaatnya untuk umum bergantung pada kekuatan persatuan dan kesatuan umat muslim.   

Mengerjakan sebuah misi bersama-sama dalam suatu pekerjaan untuk kepentingan dunia merupakan sarana bagi diraihnya keberhasilan. Mari kita perhatikan contoh yang diberikan oleh Ustaz Badiuzzaman. Apabila terdapat 12 orang yang mengerjakan produksi jarum secara terpisah, mereka hanya dapat menghasilkan tiga buah jarum dalam sehari. Namun, ketika mereka bekerja dengan semboyan gotong royong dan pembagian tugas, berat sama dipikul ringan sama dijinjing, di mana masing-masing orang mendapat tugas tertentu seperti menyalakan tungku, menyiapkan besi, mengebor lubang dan mengasah ujung jarum serta tugas lain yang diperlukan untuk pembuatan jarum, maka mereka akan mampu menghasilkan tiga ratus jarum setiap hari. Satu contoh lagi dari Ustaz Badiuzzaman: Apabila terdapat 4-5 orang di mana yang satu membawa minyak tanah, yang satu membawa sumbu, yang satu membawa botol, dan yang lain membawa korek api untuk kemudian dengannya pelita dinyalakan, maka masing-masing dari mereka akan mendapat manfaat dari cahaya yang memancar darinya. Seseorang yang memandang gotong-royong akan mempermudah pekerjaan duniawi dan membantunya meraih berkah, saya rasa ia juga akan akan lebih mudah memahami betapa beramal jama’i akan mendatangkan banyak anugerah dan berkah dalam pekerjaan-pekerjaan ukhrawi.

Dari sini dapat kita katakan bahwa seluruh pahala yang berasal dari pengabdian-pengabdian indah yang terwujud berkat inayat dan anugerah ilahi pada seluruh aspek kehidupan di beragam wilayah dunia melalui rahasia isytirak amal ukhrawiyah akan ditulis dengan utuh di buku-buku amal kebajikan masing-masing individu yang terlibat di dalamnya. Dengan kata lain, setiap individu di lingkaran kebaikan yang besar ini akan mendapat manfaat dan pahala yang berasal dari amal saleh jutaan orang yang berada di dalamnya. Pahala-pahala yang ditulis di buku amal kebajikan pelakunya juga akan ditulis pada buku amal kebajikan teman-teman lainnya. Dalam kondisi yang demikian maka pemikiran beberapa orang yang masih terpaku pada pemikiran individualis seperti “Saya sendiri pun mampu berbuat sesuatu” akan menghalanginya dari kesempatan untuk meraih pahala yang lebih menyeluruh ini. Seberapa berbakat dan berkapasitasnya seseorang, meskipun kecerdasannya lima puluh kali lipat daripada orang lainnya, tak akan ada sesuatu yang bisa diberikannya kepada umat manusia dan tak ada pengabdian yang dapat bertahan jika ia mengerjakannya seorang diri. Tak ada pula kesempatan untuk meraih ganjaran besar untuk kehidupan akhiratnya nanti.

Intisari Amal: Ikhlas

Ketika melihat penjelasan Ustaz Badiuzzaman secara menyeluruh, kita temukan beberapa syarat supaya buah yang besar lagi komprehensif ini dapat diraih. Jika demikian, berikut merupakan pertanyaan yang harus ditanyakan kepada diri kita sendiri:  Sikap seperti apa yang harus kita ambil ketika berada di dalam gerakan yang kita yakini? Bagaimana caranya supaya kita bisa berjalan beriringan bersama-sama? Cara apa yang harus dilakukan supaya kita bisa melebur dalam satu kesatuan sehingga buah dan manfaat yang dibahas dapat kita raih? Untuk dapat meraihnya, Ustaz Badiuzzaman menyampaikan syarat pertama, yaitu bersatu dalam rahasia keikhlasan.

Ikhlas berarti melakukan sebuah amal semata-mata demi melaksanakan perintah Allah, mengharapkan hasilnya berupa rida ilahi semata, dan berencana hanya akan memanen buah-buahnya di akhirat kelak. Dari sisi ini, bagi mereka yang melaksanakan segala pekerjaan dan amal berorientasi akhirat dengan asas ikhlas yang terpenting adalah terlaksananya pengabdian-pengabdian mulia dan bukan siapa yang berjasa dalam menjalankannya. Dengan kata lain, sebagian akan merealisasikannya laksana rintihan suara seruling ney[2] yang menawan hati para pendengarnya; sebagian lagi akan mewujudkannya ibarat paduan suara yang memperdengarkan irama kebenaran dan hakikat kepada orang-orang yang menyaksikannya. Demikian syahdunya, para pendengarnya pun merasakan ketenteraman dan kedamaian di dalam relung jiwanya. Mereka jadi heran dan takjub dibuatnya. Dengan maksud dan tujuan yang demikian maka siapa pun yang memiliki kapasitas bisa mengerjakannya. Sedangkan yang lain harus berbahagia dengannya seakan ia sendiri yang menunaikan tugas tersebut. Ustaz Badiuzzaman berkata kepada salah satu santrinya ketika memberi contoh terkait hal in: “Khatnya si fulan lebih indah daripada khatmu” dan santri ini gembira dengan pujian Sang Ustaz terhadap khat karya rekannya. Bahkan Ustaz menyampaikan bahwasanya ketika beliau mengecek hati dari santrinya tersebut beliau menyaksikan bahwasanya hati si santri betul-betul merasakan kebahagiaan sebagaimana juga tersurat dalam penampilan lahiriahnya (Silahkan baca Lampiran Barla, halaman 119). Demikianlah, betapa bersatu dalam rahasia keikhlasan merupakan sesuatu yang sangat indah lagi memesona.

Ustaz Badiuzzaman juga menyampaikan bahwasanya mereka yang beramal dengan semangat tersebut seperti tengah memanggul harta karun di mana usaha untuk memindahkan dan menjaganya amatlah berat. Maka ia harus merasa gembira ketika datang uluran tangan yang banyak lagi kuat untuk membantu meringankan tugasnya.   Ya, demi mengangkat harta karun ini pembagian tugas dilakukan di mana ujung yang satu akan kuangkat, ujung lainnya akan Anda angkat, sedangkan ujung lainnya akan diangkat oleh rekan lainnya. Satu sama lain tidak saling iri dan dengki ataupun tak pilih-pilih ujung mana yang lebih ia suka untuk diangkat. Ini karena pada peti harta karun tersebut terdapat bagian dari masing-masing orang yang terlibat dalam usaha ini. Semua pihak hendaknya menunaikan tugas yang menjadi bagiannya dan tak perlu bersaing dan berdebat karenanya.

Supaya seseorang bisa meraih rahasia keikhlasan dengan kadar yang demikian, ia harus meninggalkan “warna” pribadinya dan mulai menggunakan warna kolektif serta bangga dengan pencapaian saudara-saudaranya. Tak boleh dilupakan bahwasanya seseorang yang mendedikasikan dirinya demi pengabdian iman dan Al-Qur’an memiliki tugas dan tanggung jawab untuk meninggalkan tanda jasa, gelar, dan penghargaan atas nama pribadinya. Oleh karena itu, apabila terdapat pihak yang berkata: “Anda telah membuat ini, Anda telah melakukan itu” maka jawaban yang akan diberikan adalah: “Mohon maaf saya tidak ingat saya pernah membuat ini dan itu. Teman-teman memang rajin dan semangat dalam bekerja. Barangkali Anda melihat saya ketika saya sedang singgah di tengah-tengah mereka yang sedang berada dalam keadaan demikian.” Demikianlah kriteria rahasia keikhlasan dalam persatuan amal yang disampaikan oleh Badiuzzaman.

Semangat Persaudaraan dan Solidaritas yang Sejati

Ustaz Badiuzzaman menjadikan rahasia ukhuwah sebagai syarat kedua untuk meraih manfaat dari isytiraki amal ukhrawiyah. Ukhuwah bermakna persaudaraan.  Apabila di suatu tempat terdapat persaudaraan, artinya di situ terdapat hubungan timbal balik satu sama lain. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri menjelaskan bahwa persaudaraan antara orang-orang beriman serupa dengan hubungan antara beragam anggota tubuh dalam satu badan. Ketika salah satu anggota tubuh sedang menderita sakit maka anggota badan lainnya akan merasa demam atau tak enak tidur. Demikian juga dengan hubungan antara orang-orang beriman. Demikian tulus dan sungguh-sungguhnya hubungan di antara sesama, mereka akan merasakan keprihatinan mendalam ketika terdapat galat terjadi di dalam dunia Islam (Baca juga HR Bukhari Bab Adab, 27; HR Muslim, Birr, 66).  Ya, kalbu-kalbu yang beriman lagi mendedikasikan dirinya untuk kebenaran harus bersikap layaknya batu bata yang menyusun kubah. Supaya tidak runtuh, batu bata tersebut saling mendukung satu sama lain. Mereka tidak boleh membiarkan kondisi yang dapat menyebabkan saudara-saudaranya tertinggal di tengah jalan sampai terjadi. Apabila para pegiat hizmet bersatu dalam kerangka pemahaman ini, memiliki keadaan jiwa yang serupa dalam konteks tersebut, serta berhasil meraih persatuan dan solidaritas yang sejati, maka ganjaran dari amal kebajikan jutaan orang akan mengalir ke dalam buku catatan masing-masing dari mereka dengan sempurna tak kurang satu apapun.

Bergerak Selaras dalam Pikiran Kolektif

Syarat ketiga dalam pembahasan ini adalah sirr ittihad dan tasyrikul masa’i, yaitu pembagian tugas dan tanggung jawab dari pekerjaan yang akan dilaksanakan melalui semangat persatuan dan kesatuan. Dengan kata lain, berupaya meraih internalisasi kerja kolektif dengan jalan menghindari bekerja sendiri-sendiri. Untuk itu, sebelum melakukan segala sesuatu hendaknya sedari awal pembagian tugas dilakukan. Setelahnya, seseorang harus berusaha melakukan yang terbaik semaksimal mungkin untuk menunaikan tugas yang menjadi bagiannya.

Apabila setelah penjelasan dari tiga syarat ini tuntas kemudian para pegiat hizmet melakukan curah pikiran (brainstorming) dan mengambil kebijakan berdasarkan pikiran kolektif, maka mereka tidak akan jatuh pada kesalahan yang disebabkan oleh berpikir secara individu, insya Allah. Ini karena hasil pemikiran dari sepuluh akal yang hadir dalam satu forum pikiran kolektif akan memiliki probabilitas melakukan kesalahan sebesar 1:1.000.000 saja. Apabila yang hadir dalam forum pikiran kolektif terdapat 20 akal, maka probabilitasnya akan jadi lebih kecil lagi.

Untuk itu menyerahkan penyelesaian dari beragam masalah kepada pikiran kolektif sangatlah penting. Demikian pentingnya permasalahan ini, sampai-sampai jika terdapat seseorang yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata yang mana ia mampu menyiapkan beragam langkah antisipasi pun hendaknya jangan pernah mencoba menyelesaikan permasalahan kolektif seorang diri. Sepanjang sejarah peradaban manusia ini saya tidak pernah mengetahui apabila ada satu orang pun yang mampu bergerak dan membuat keputusan sendiri kemudian berhasil meraih keberhasilan yang permanen. Ya, baik Julius Caesar, Napoleon Bonaparte, Adolf Hitler, Benito Musolini maupun tirani lain yang datang setelah masa mereka nyatanya tak pernah meraih keberhasilan yang permanen. Mungkin di awal ia bersinar terang layaknya api unggun di tumpukan jerami. Namun, seiring berjalannya waktu ia akan padam dan hanya menyisakan tumpukan abu belaka. Sementara itu, para pemimpin yang menggunakan pikiran kolektif akan meraih keberhasilan sesuai kadar seberapa besar ia menyerahkan permasalahan kepada forum musyawarah. Dengan demikianlah mereka membangun masa depan masyarakat melalui pengabdian dan pelayanan yang dilakukannya.

Kesimpulannya, demi meraih manfaat yang dijanjikan oleh isytiraki amal ukhrawiyah baik di dunia maupun di akhirat dibutuhkan niat yang tulus lagi ikhlas serta pikiran kolektif yang dibalut dalam persaudaraan dan solidaritas nan sejati.

 

[1] Diterjemahkan dari artikel: https://www.herkul.org/kirik-testi/kirik-testi-heyetin-sevabina-nail-olmanin-sartlari/

[2] Ney adalah sejenis seruling yang populer di negeri Turki. Diperkirakan ia sudah digunakan semenjak 4500-5000 tahun yang lalu. Usianya ini menjadikannya sebagai alat musik kuno yang masih digunakan. Ia dibuat dari buluh bambu dengan lima atau enam lubang jempol. Cara penggunaannya adalah dengan meniup ujung atasnya yang menonjol, penerj. 

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.