Konsep Ajaran Islam

Fethullah Gülen: Konsep Ajaran Islam

Akal, hati, pikiran, perasaan manusia, wahyu, dan yang lainnya semuanya memiliki urgensi yang tinggi dalam konsep ajaran Islam. Ia seakan-akan satu kesatuan dengan sisi yang bervariasi. Kita bisa mengatakan bahwa ajaran ini lebih luas dan lebih luwes dari yang lainnya sesuai dengan jarak yang ditempatinya.

Karena Islam senantiasa merawat kelapangan dan keluasan ajarannya kepada manusia. Karenanya ketika Islam menghadapi lawannya selalu menggunakan metode dialog, dihadapi dengan penuh perasaan, bertumpu pada wahyu, dan bisa dengan ilham. Hukum-hukumnya dibangun di atas dasar keterikatan antara manusia, alam semesta, dan Pencipta, juga kokoh dan sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an, akal, dan logika.

Hubungan pertalian ini yang dibangun oleh Islam berdasarkan sinar Al-Qur’an merupakan kekuatan yang paling dahsyat, paling pas dengan indra kemanusiaan, dan lebih dekat dengan hukum akal. Sehingga kita tidak menemukan -baik sebelum atau sesudahnya- aturan yang sejenis dengannya dalam menjaga keseimbangan antara akal, hati, dan ruh.

Ya. Islam merupakan aturan yang paling ideal dan paling sesuai dengan perangai dan kebiasaan manusia, baik yang berhubungan dengan alam mikrokosmos ataupun alam makrokosmosnya. Tidak ada yang sejenis dan serupa dengan Islam dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, dan tak kan pernah ada! Kondisi ini merupakan fitrah karena sumber utamanya adalah wahyu yang jernih nan suci. Penjelas utama wahyu itu adalah As-Sunnah. Sebagaimana Al-Qur’an merupakan mukjizat, maka aturan, petuah dan ajaran yang muncul dari As-Sunnah termasuk mukjizat juga. Sebagaimana Al-Qur’an tidak memiliki yang sejenis dan serupa dengannya, maka tidak ada yang sejenis dan serupa juga dengan Islam yang dianggap sebagai produknya.

Dalam dunia cahaya Al-Qur’an, seluruh benda dan tradisi berubah secara tiba-tiba. Keadaan ini terus berubah dan menjelma menjadi bentuk yang berbeda-beda, dan manusia dengan fisik dan psikisnya mencapai titik terdalam yang tak dikenal. Dengan perantaraan Al-Qur’an, akal menjadi mampu melihat hakikat segala sesuatu, hati bisa bercahaya secara sempurna sehingga tumbuh dan berkembang, sementara ruh membubung tinggi dengan sayap-sayap yang dimilikinya sehingga dia bisa terbang menuju “arsy kesempurnaan” (kesempurnaan ruh) sampai segala sesuatu terikat dengan “kerajaan hati”.

Ini lah yang tercapai kemarin, ini lah yang dicapai sekarang, dan ini pula yang akan diraih esok hari. Untuk merealisasikan hal tersebut, seorang mukmin cukup memahami Al-Qur’an dan menyerapnya dengan emosi, indra, perasaan, dan pengetahuannya. Sehingga ia bisa merasakan kejernihan cahaya untuk menyalakan perasaan lawan bicaranya seperti yang pernah terjadi pada masa awal turunnya. Faktanya, orang yang memiliki kebutuhan dan sensitivitas yang tinggi tetap menemukan anugerah cinta, senang menolong, dan kerinduan dalam Al-Qur’an. Selain itu, orang yang memperhatikan Al-Qur’an dengan hati nurani senantiasa gemetar dengan panggilan “kebangkitan setelah mati” yang terdengar dari Al-Qur’an.

Memang Al-Qur’an memberikan pemahaman yang berbeda mengenai “jihad” berdasarkan esensi dan implikasinya. Di antaranya ialah jihad menggerakkan manusia agar mengenal hakikat diri, jihad merajut hubungan dengan berbagai aspek, jihad melawan durhakanya fisik dan psikis, jihad mendorong seorang mukmin mampu menaklukkan dirinya melepaskan kegelisahan jiwa dari dalam, jihad berarti persiapan diri dengan berkelanjutan dan bersikap tegas untuk melawan setiap emosi dan watak yang merasuki manusia seperti permusuhan, kedengkian, kebencian, syahwat, dendam, rakus, dan iri. Selain itu, jihad juga mendorong setiap orang agar mampu mengendalikan dirinya dengan pikiran dan tujuan yang luhur. Jihad melawan para penjahat, Jihad untuk menganggap dunia sebagai ruang tunggu menuju akhirat, menghidupkan perkara akhirat, memakmurkan kehidupan dunia sebagai jalan menuju akhirat, dan berbagai macam jenis jihad lainnya.

Sekitar seperempat abad, Al-Qur’an senantiasa menyuguhkan keagungan ajaran jihad kepada manusia sejak awal sehingga ajaran-ajarannya berkembang dalam kehidupan, lalu menjadi “Seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit,” (QS Ibrahim [14]: 24). Akhirnya, ajarannya menyebar dan meliputi kawasan yang luas sampai ke pelosok-pelosok. Memang pada waktu turunnya, setiap ayat seakan-akan merupakan suara gemuruh suatu kaum, bagai air telaga kautsar yang sejuk mengalir bagaikan sumber air yang terus memancar. Secara lebih jelas, sejak awal dari alam uluhiyat, kabar gembiranya seperti buah-buahan.

Orang yang rindunya meluap-luap ingin sekali memetik buah-buahan tersebut ketika muncul dengan penuh semangat, kemudian menyuguhkannya sesuai bagian hati dan ruh yang dilakukan secara bergantian tanpa terlewati. Orang yang beruntung itu duduk dan bangun menikmati hidangan langit ini setiap hari. Melalui langkah ini, pemeluk Islam dengan penuh semangat bisa hidup -dengan siraman wahyu yang deras dari segala penjuru- karena menyadari kekacauan kebangkitan setelah kematian di mana seakan-akan mereka mendengarkan suara yang tak ada ujungnya. Setiap orang dari mereka memakan “sayur mayur” itu sehingga semangat hidup ditiupkan kepada setiap orang yang berjalan dengannya. Mereka berbaring menikmati bagian mereka yang membahagiakan “dengan kebangkitan” secara berurutan dalam semangat hidup yang terus menerus, luapan rindu dan cinta yang tak putus.

Allah memanggil mereka supaya membangkitkan emosi, pikiran, ruh, dan hati dengan firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan,” (QS al-Anfal [8]: 24). Mereka dengan semangat menjawab panggilan tersebut tanpa ragu dengan ucapan, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): ‘Berimanlah kamu kepada Tuhanmu’, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti,” (QS Ali Imran [3]: 193). Dan, merekan pun bersegera memenuhi panggilan ilahi ini.

Rahasia semangat hidup mereka ialah adanya potensi di lingkungan tempat mereka hidup. Mereka senantiasa mendengarkan Al-Qur’an dengan hati mereka tanpa banyak berpikir, mempercayai dengan sepenuh hati, menghadap Allah dengan cahaya Al-Qur’an ini, dan mencintainya dari hati yang paling dalam. Tidak berhenti di situ, mereka juga selalu berusaha dengan penuh cinta untuk membuat orang lain mencintai dan menerima Al-Qur’an. Mereka menjaga diri agar perasaan dan pikiran mereka tidak tercemari dengan berbagai macam pikiran liar. Mereka pun bersenandung denga corak, lukisan, dan keindahan Islam sehingga mereka mampu menyampaikan kepada orang lain dengan jawaban yang benar.

Melalui lingkungan yang bersinar ini, Islam dan Al-Qur’an bisa dipahami dengan benar sehingga masyarakat mampu memahaminya tanpa kesulitan dan rintangan. Mereka bisa melihat keagungan Tuhan dengan mata hati. Mereka dapat menilai segala sesuatu dengan benar melalui akal, logika dan hukum yang tidak tercemari dengan hukum masa lampau. Ilmu mereka tidak stagnant begitu saja, mereka mengaplikasikan ilmu itu segera. Mereka banyak menguasai ilmu pengetahuan baik yang teoritis maupun yang praktis dengan mudah. Mereka juga mengetahui penciptaan manusia dan alam semesta yang kompleks sehingga lebih khusyu’ ketika beribadah kepada Allah yang tidak ditemukan pada selain mereka. Mereka terbebas dari belenggu fisik dan terus menerus mengembangkan diri.

Meskipun berbeda waktu, kehidupan terus berlanjut di bawah naungan Al-Qur’an dan Islam. Aturan hidup muncul dengan model Islami yang masuk akal di mana khayalan tak akan mampu mencapainya, bahkan tentang model negara yang ideal. Siapa yang tahu, bisa saja kehidupan qurani itu akan terus berulang di masa mendatang?! Rintangan apa pun akan berlalu hanya dengan meningkatkan kehidupan rohani walaupun waktu dan zaman terus berubah.

Dengan keisitimewaan ini, hal tersebut bisa saja terealisasi juga di masa yang akan datang jika orang Islam –seperti yang sudah kami jelaskan di atas- memiliki semangat juang yang tinggi, tidak mudah menyerah pada keadaan, bertingkah laku dengan penuh kesadaran dan hati-hati, merawat jiwa dan fisiknya sehingga mereka menjalankan kehidupan dengan pertimbangan hati dan ruh, dan sadar menghadapi celaan yang muncul serta tidak menyisakan ruang untuk berpikir negatif dalam diri mereka.

Gambaran Islam yang paling penting untuk diketahui ialah ajakan untuk memakmurkan kehidupan dunia yang kadang dihina oleh sebagian orang. Hal itu dilakukan untuk mencari ridha Allah dan menjadikan dunia sebagai tempat yang diberkahi dan dicintai karena dianggap sebagai ruang tunggu dan tempat melintas menuju akhirat. Dunia hanya dilihat sebagai pelintasan, pelabuhan, dan tempat persinggahan untuk sampai di akhirat.

Ya. Ketika Islam berdialog dengan lawan bicaranya, melihat perasaan lahir batin mereka, pikiran, indera, logika dan pengetahun yang mereka miliki. Islam dengan penuh lembut dan perasaan menganggap manusia sebagai satu kesatuan. Dia berdialog dengannya dalam konsep ini sehingga mereka menjawab kecintaannya dan memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Islam menyiapkan lingkungan yang baik dengan mudah di setiap tempat dan waktu.

Salah satu keistimewaan aturan Islam ialah lebih banyak bersandar pada Al-Qur’an dan Sunnah dari sekian banyak sumber ilmu pengetahuan. Melalui aspek ini, Islam memiliki perbedaan dengan seluruh aturan keagamaan dan aliran filsafat. Oleh karena itu, Islam sejak munculnya menjauhi warisan terdahulu, dan aturan yang beraneka ragam yang muncul dengan corak agama. Islam ingin bertahan dengan dirinya sendiri dengan tetap menghormati aturan yang belum dirubah dengan menyebutnya sebagai “syariat masa lalu”. Akan tetapi, Islam tetap memegang teguh sumber pokok yang kita sebut sebagai “sumber air yang terus mengalir”.

Secara faktual, Islam dalam keadaan apapun tidak membutuhkan warisan masa lalu, khayalan, atau fantasi baru. Bagaimana ia membutuhkan hal-hal tersebut sementara sumbernya adalah Al-Qur’an? Secara global, Al-Qur’an berisi seluruh kitab yang dibawa oleh para nabi di zaman yang berbeda-beda, semua risalah para nabi dengan berbagai macam sumbernya, dan semua jejak perlajanan para sufi. Al-Qur’an bersinar dari segala arah, baik dari atas-bawah, depan-belakang, kanan-kiri. Al-Qur’an tertutup dari semua angan-angan dan keraguan.

Al-Qur’an merupakan kitab yang bersumber dari wahyu langit dan firman azali dengan penuh keyakinan. Tujuannya adalah kebahagiaan abadi secara nyata. Isinya adalah hidayah murni yang terang, cahaya iman, bukti dan keterangan dengan ilmu al-yaqin, menyehatkan hati dan tubuh dengan latihan, menguasai akal pikiran dengan ‘ainul yaqin. Buahnya ialah kasih sayang Tuhan dan mendapat surga.

Oleh karena itu, pemeluk agama Islam yang memahami Al-Qur’an tidak butuh lagi pada khayalan para utopis, hasil logika para kaum realis, metode para ilmuan, atau pun yang lainnya. Semuanya tidak dianggap sebagai sumber yang kuat.

Islam berbeda agama samawi lainnya dan yang bukan samawi. Islam memiliki gaya dan metodenya sendiri. Ia mampu menyuguhkan pemecahan masalah kemanusiaan. Dari aspek mana saja, Islam merupakan suri tauladan yang sempurna di setiap katanya. Islam menempatkan manusia dalam konsep yang luas dengan anggapan bahwa manusia memiliki keistimewaan dasar seperti akal, pikiran, dan ruh yang kemudian diisi dengan kecakapan yang bermacam-macam. Islam tidak membatasi akal dan pikiran, tidak menilai dari segi akal dan logika, dan tidak mengabaikan perasaannya, tidak memperdulikan mekanisme tubuh semata sebagaimana dilakukan oleh salah satu jurusan sekolah filsafat, tetapi Islam memandang manusia dengan mata sang Pencipta. Oleh karena itu, Islam menempatkannya pada acuan kokoh secara keseluruhan yang tidak akan terpisah dan terbagi. Islam juga memenuhi kebutuhan lahir batin manusia, dan menyiapkan fisik dan psikisnya agar siap menghadapi kebahagiaan dunia dan akhirat, sekaligus persiapan masuk surga.

Realisasi semua pembahasan di atas dari awal sampai akhir disesuaikan dengan daerah masing-masing melalui trial and error.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.