Bagaimana kita bisa menjadi prajurit Allah? Dapatkah Anda menjelaskan hal ini dalam konteks keprajuritan?

Menjadi prajurit adalah karakter mukmin. Kita adalah prajurit Allah Swt. Semoga Allah menerima hal ini dari kita. Sungguh kita sangat beruntung jika menjadi prajurit-Nya dengan meletakkan kening kita di balik pintu-Nya seraya menunggu di sana untuk selamanya. Kadang kita mengetuk pintu-Nya dan mengarahkan mata kita yang sedih—namun pada waktu yang sama diliputi rasa harap—kepada Sang Tak Terbatas sambil menantikan jawaban dari-Nya. Apabila jawaban tidak kunjung datang, kita mengucapkan, “Wahai Sang Mahasabar.” Kita tetap menunggu tanpa pernah jemu. Dalam penantian yang lama itu, jika pintu tampak terbuka sedikit lalu tertutup lagi, kita berkata, “Pinta kita kali ini belum terwujud. Kalau begitu, kita masih belum layak.” Kita terus-menerus berada dalam penantian menyakitkan, namun dengan perasaan yang dipenuhi keikhlasan seolah-olah tidak ada apa-apa. Kita berharap bahwa hasil keikhlasan itu suatu hari akan tiba. Ternyata, hasil itu datang secara tidak terduga. Pintu terbuka untuk kita, “Engkau telah memperlihatkan kelayakanmu. Silahkan!” Allah Swt. berfirman, “Penuhilah janji kalian kepada-Ku, niscaya Kupenuhi janji-Ku kepada kalian.” Dengan kata lain: “Aku tidak akan mengingkari janji di antara kita. Kalaupun ada yang mengingkari janji, itu adalah dirimu.” Jadi, tetaplah di tempat ini dan jangan ingkar janji agar pintu Allah suatu saat terbuka untukmu.

Marilah kita bertanya kepada diri kita. Apakah kita sudah menjaga janji kita dengan keikhlasan dan ketulusan semacam itu? Apakah kita dapat terus-menerus menunggu di pintu-Nya tanpa pernah bosan, jenuh, dan kesal? Atau, kita menjadi putus asa karena pintu selalu tertutup bagi kita? Apakah kita telah menanggalkan keikhlasan karena berbagai kejadian di alam tidak sesuai dengan keinginan dan harapan kita? Seorang penyair menggubah:

Tidak semua yang seseorang harapkan datang kepadanya
Angin pun berhembus tidak seperti yang diinginkan kapal.

Selanjutnya, kendali kapal berada di tangan pihak lain. Laut di sini pun laut yang lain. Pengatur semua kapal di laut ini juga pemerintah lain. Semua yang berjalan di sini tidak sesuai dengan kehendak kita. Tetapi, sesuai dengan kehendak-Nya. “Apa yang Allah kehendaki terjadi, sementara yang tidak Dia kehendaki tidak terjadi.” Inilah salah satu petunjuk Rasul saw. kepada kita tentang ketundukan secara mutlak kepada Allah Swt. Itu juga merupakan salah satu wirid yang kita baca pagi dan petang.

Jika kita ingin menjadi prajurit Allah Swt., kita harus fana dalam Allah sebagaimana ungkapan sufi. Kita harus mengetahui dan meyakini bahwa segala kebajikan dan kebaikan berasal dari Allah Swt., sementara semua kemacetan dan kesalahan dalam dakwah berasal dari diri kita. Al-Quran menyatakan:

Kebaikan apa saja yang kaudapatkan berasal dari Allah, sementara keburukan apa saja yang kaudapatkan berasal dari dirimu.[1]

Musibah apa pun yang kaualami adalah karena perbuatan tangan kalian sendiri, dan Dia mengampuni banyak hal.[2]

Berbagai musibah yang menimpa kita adalah akibat perbuatan kita serta hasil dari kekeliruan dan dominasi hawa nafsu kita. Karena Allah Maha Pengasih, Dia tidak menghukum kita atas setiap dosa kita, tetapi Dia mengampuni banyak kesalhan kita. Karena itu, kita harus banyak bersyukur dan memuji-Nya. Semoga Allah mengampuni dan menghapus dosa-dosa kita.

Kita harus menjadi prajurit Allah sejati. Ketika kita menjadi prajurit-Nya, kita merasa tenteram dan lapang. Ada orang yang telah merasakan hal ini. Ya, kita harus seperti penyair sufi, Yunus Amrah, yang meninggalkan segalanya: harta, anak, dan keluarga, seraya berkata, “Aku menginginkan-Mu. Hanya Engkau. Engkau semata.” Ia tidak meminta surga dan bidadarinya, tetapi ia meminta Dia. Jadi, ada di antara kaum mukmin yang menyerahkan dirinya secara total kepada Allah Swt. Kukira, prajurit Allah akan merasakan dalam diri mereka sejumlah makna yang melampaui keteranganku di sini. Mereka akan terus menjadi prajurit dengan penuh suka cita.

[1] Q.S. al-Nisâ’: 79.
[2] Q.S. al-Syûrâ: 30.

Pin It
  • Dibuat oleh
Hak Cipta © 2024 Fethullah Gülen Situs Web. Seluruh isi materi yang ada dalam website ini sepenuhnya dilindungi undang-undang.
fgulen.com adalah website resmi Fethullah Gülen Hojaefendi.