Surah al-Isrâ’ [17]: 13

وَكُلَّ إِنسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَآئِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنشُورًا
“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.” (QS Al-Isrâ’ [17]: 13).

Firman Allah di atas mengandung arti bahwa setiap orang telah ditetapkan baginya segala perbuatan yang akan ia lakukan sepanjang hidupnya dan ketetapan itu dikalungkan di atas lehernya, seolah-olah setiap orang akan digiring ke tempat penggantungan dirinya. Dan kami dapat menyebutkan berbagai masalah tentang penafsiran firman Allah tersebut, di antaranya,

Kata “Ath-Thaairu” dalam ayat tersebut mempunyai arti segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang, sehingga setiap orang dapat terlihat berwajah yang baik jika ia selalu melakukan perbuatan yang baik. Dan demikian pula seorang terlihat berwajah yang buruk jika ia selalu melakukan perbuatan yang buruk.

Jika Allah hendak menyebar luaskan perilaku buruk seorang hamba, karena ia banyak melakukan perbuatan buruk, maka catatan amal-amalnya digantungkan di atas lehernya, sehingga semua orang dapat melihat perbuatan buruknya secara terang. Tetapi, jika Allah ingin memberi ampun kepada seorang, maka Allah akan menutupi segala perbuatan buruknya, sehingga tidak dapat diketahui oleh seorang pun.

Menurut pendapat yang lain, ketetapan yang digantungkan Allah di leher setiap orang adalah dhamirnya yang tidak dapat ia tinggalkan sama sekali, sehingga ada seorang yang merasa ketenangan di dalam kalbunya dan ada pula yang merasa kerisauan di dalam kalbunya, semuanya tergantung perbuatan baik buruknya. Sebagai kesimpulannya, semua orang sangat terkait erat dengan perbuatannya dan perbuatannya itu tidak dapat dipisahkan dari dirinya sesaatpun, sehingga jika ia melakukan suatu perbuatan baik, maka kalbunya akan gembira, tetapi jika ia telah melakukan suatu perbuatan dosa, maka kalbunya akan merasa risau dan kelak pada hari kiamat semua perbuatan orang akan disebutkan dalam catatan amalannya masing-masing dan diletakkan di hadapannya, sehingga ia dapat membacanya sendiri, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut, Artinya, “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS Al-Israa’, 14)

Adapun jika seorang selalu memperhitungkan baik buruk perbuatannya setiap hari, maka pada hari kiamat kelak ia akan merasa tenang dan ia akan segera menuju ke dalam surga dan mendapat ridha Allah, karena ia selalu memperhitungkan baik buruk perbuatannya. Sebaliknya, jika seorang tidak mau memperhitungkan baik buruk perbuatannya, maka di hari kiamat ia akan menjadi orang yang sangat menyesal dan merugi, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut, Artinya, “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.” (QS Al-Haaqqah, 25-26)