Berdakwah dengan Cerdas

Berdakwah dengan Cerdas

Seorang da'i yang selalu mengajak orang lain ke jalan Allah, hendaknya berpikiran objektif, sehingga dapat menempatkan dirinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya. Ketika ia berbicara di hadapan para pendengarnya, ia menyesuaikan materi dan bahasanya sesuai dengan kemampuan berpikir para pendengarnya. Sehingga pembicaraan dapat diterima oleh mereka, karena isi pembicaraannya dikagumi oleh para pendengarnya, tidak muluk-muluk, tidak membosankan, dan tidak menyakitkan hati mereka.

Berikut ini contoh dakwah terbaik yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw., seperti dilaporkan oleh Abu Umamah sebagai berikut, “Ada seorang pemuda Quraisy datang kepada Nabi Saw. seraya berkata, „Ya Rasulullah, berilah aku ijin untuk berzinah.' Maka para sahabat murka kepadanya sambil berkata, „Janganlah kamu berkata seburuk itu kepada Rasulullah.' Tetapi beliau Saw. tidak marah, bahkan beliau Saw. menyuruhnya mendekat kepada beliau. Kemudian beliau bertanya, „Apakah kau rela jika ada seorang berzinah dengan ibumu?' jawab pemuda itu, „Tidak.' Tanya Beliau Saw., “Apakah kamu rela jika ada seorang berzinah dengan putrimu?' Jawab pemuda itu, „Tidak.' Tanya Beliau, „Apakah kamu rela ada seorang yang berzinah dengan saudara perempuanmu?' Jawab pemuda itu, „Tidak.' Tanya Rasulullah, „Apakah kamu rela jika ada seorang laki-laki yang berzinah dengan saudara ayahmu?' Jawab pemuda itu, „Tidak.' Tanya beliau Saw., „Apakah kamu rela jika ada seorang yang berbuat zina dengan saudara perempuan ibumu?' Jawab pemuda itu, „Tidak.' Kemudian beliau Saw. meletakkan tangan beliau Saw. di atas telapak tangan pemuda itu seraya berdo'a, „Ya Allah, ampunilah dosa pemuda ini, sucikan hatinya, dan lindungilah kemaluannya dari perbuatan keji.' Kemudian kata Abu Umamah, „setelah mendapat berbagai pertanyaan dari beliau Saw. seperti itu, maka pemuda itu segera pergi dan ia menjadi pemuda yang paling suci dari sejumlah pemuda yang ada di kota Madinah.'”[1]

Tidak lama setelah kejadian di atas, maka Rasulullah Saw. keluar ke medan perang bersama sejumlah sahabatnya. Setelah peperangan selesai, maka beliau Saw. bertanya, “Adakah kalian yang kehilangan seseorang di antara kalian?” Jawab mereka, “Kami kehilangan sejumlah orang.” Kemudian beliau Saw. bertanya, “Coba carilah siapa lagi yang tidak ada di sini?” Jawab mereka, “Semuanya ada disini.” Tetapi Rasulullah bersabda, “Tetapi aku tidak melihat Julaibib, coba carilah ia diantara orang-orang yang tewas diantara orang-orang tewas.” Setelah mereka mencarinya, tiba-tiba mereka dapatkan Julaibib terkapar di antara tujuh pasukan kafir yang telah mati disebelahnya.” Setelah mereka menunjukkan tempat terbunuhnya Julaibib, maka beliau Saw. mendatangi mayatnya seraya berkata, “Sungguh pemuda ini telah membunuh tujuh orang kafir, kemudian mereka membunuhnya, ketahuilah bahwa ia dari padaku dan aku dari padanya.” Kemudian beliau meletakkan jasad Julaibib di antara kedua tangan beliau Saw.. kemudian beliau Saw. menggali lubang liang lahat dan menguburkan jasad Julaibib dengan tangan beliau Saw. sendiri.”[2]

[1] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam al-Musnad, Jilid 5, hadis nomor 256-257.
[2] Diriwayatkan oleh Imam Muslim, pada pembahasan mengenai Fadhâil al-Shahâbah, hadis nomor 131. Juga di dalam al-Musnad, Jilid 4, hadis nomor 420-421. Dapat pula dirujuk dalam kitab Majma’ al-Zawâid, Jilid 9, halaman 368.